Sabtu, 03 Maret 2012

BBM naik? Apa yang Harus dilakukan Rakyat?





Untuk yang kesekian kalinya dalam 10 tahun terakhir, pemerintah kita akan menaikan harga bahan bakar bersubsidi. Dengan alasan yang sama dengan tiap kenaikan harga BBM bersubsidi tahun-tahun sebelumnya. Harga minyak dunia yang melambung yang membuat anggaran negara tidak cukup kuat menanggung beban subsidi yang berlipat. Katanya kali ini harga minyak dunia berkisar US$ 150. Sementara asumsi harga minyak dunia APBN … (berapa?)

Seperti pada kenaikan harga bahan bakar minyak sebelumnya, kenaikan harga BBM kali ini pun mendapat tanggapan penentangan dimana-mana. Tidak di TV, tidak di warung kopi, tidak di gardu ronda, semua orang jadi pandai menemukan 1001 dampak buruk keputusan pemerintah yang tidak populer ini. Semua orang seolah menemukan semua alasan untuk gelisah dan semua alasan untuk gagal. Kenaikan harga BBM seolah menghembuskan badai pesimisme yang sangat dahsyat.

Eh, benar ya? Saya sendiri merasa berat dengan tiap kali kenaikan tarif angkot yang tiap hari saya tumpangi tiap kali terjadi kenaikan harga bensin bersubsidi. Seperti ketika tarif angkot yang biasanya Rp 2.000,- mendadak menjadi Rp 3.000. Besok kalau bensin dinaikan sebesar 30% akan persis menaikan tarif angkot menjadi Rp 4.000,-

Memang, adalah tugas pemerintah dan fungsi negara untuk memikirkan bagaimana caranya meminimalisasi dampak buruk tiap kali kenaikan harga bahan bakar bersubsidi ini dilakukan. Termasuk tugas pemerintah untuk mengurangi pesimisme di tengah-tengah masyarakat.

Permasalahannya: Untuk mengurangi pesimisme itu diperlukan kepercayaan masyarakat yang tinggi terhadap pemerintah. Apakah pemerintah saat ini cukup punya deposit kredibilitas yang memadai.

Kalau saya sendiri sih optimis mau dinaikan berapa pun, saya tetap akan masih mampu untuk makan tiga kali sehari. Walaupun mungkin hanya bisa makan alakadarnya dan asal kenyang. hehehe Baiklah. Intinya , untuk survive kita perlu membuang jauh pesimisme.

Saya tidak tahu data dan hitung-hitungan pemerintah, tetapi kalau mungkin saya menginginkan harga bahan bakar bersubsidi boleh dinaikan berapa saja, namun harga bbm untuk angkutan umum harus tetap disubsidi. Mekanisme dan teknik pembagiannya ya tugas pemerintah memikirkanya. Kalau perlu harga bbm untuk angkutan umum dan kendaraan lain dibuat selisih banyak.

Sedikit banyak cara ini akan berpengaruh terhadap bergairahnya bisnis angkutan umum yang selama ini lesu. Sekaligus celah untuk menciptakan gaya hidup ramah lingkungan memanfaatkan angkutan umum. Tentu upaya ini harus ditunjang oleh pemerintah secara memadai dengan perbaikan infrastruktur transportasi, pelayanan, dan lain-lain. Jalan-jalan kita sudah terlalu padat bukan?

Wacana untuk memberikan Bantuan Langsung Tunai, subsidi kesehatan bagi keluarga kurang mampu, beasiswa dan upaya kompensasi yang lain yang relavan tentu saja harus terus dimaksimalkan.

Kita sebagai Rakyat tidak bisa melakukan apa-apa, Intinya agar semua bisa berjalan sebenarnya, ada pada kredibilitas pemerintah sendiri. Menurut saya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar